#JokBangka.com – Peringatan #Maulid #Nabi di Desa #PangkalNiur pada 14 September 2025 digelar #meriah dengan #adat #istiadat #khas, prosesi keagamaan, kenduri, hingga santunan anak yatim. Simak #sejarah, makna, dan dampak sosial #budaya #tradisi Maulid Pangkal Niur.
Pendahuluan
Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk rasa cinta dan syukur kepada Rasulullah. Tradisi peringatan Maulid Nabi tidak hanya menjadi ajang ibadah, tetapi juga sarana mempererat tali silaturahmi antarwarga. Salah satu daerah yang masih menjaga keaslian adat istiadat perayaan Maulid adalah Desa Pangkal Niur, yang pada tahun 2025 kembali menggelar peringatan akbar pada 14 September 2025.
Desa Pangkal Niur dikenal sebagai desa yang kaya akan tradisi Islam, budaya gotong royong, serta kental dengan nilai kebersamaan. Perayaan Maulid Nabi di desa ini bukan hanya sebatas pembacaan sholawat, tetapi juga menampilkan berbagai adat istiadat turun-temurun yang menjadikannya unik dibandingkan daerah lain.
Artikel ini akan membahas secara lengkap sejarah, prosesi, makna, hingga nilai-nilai sosial dan keagamaan dari adat istiadat Maulid Nabi di Desa Pangkal Niur.
Sejarah Tradisi Maulid Nabi di Desa Pangkal Niur
Tradisi Maulid di Desa Pangkal Niur sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Menurut cerita para tetua, perayaan ini mulai rutin digelar sejak para ulama dan tokoh agama setempat memperkenalkan pentingnya memperingati kelahiran Rasulullah SAW sebagai teladan kehidupan.
Awalnya, peringatan Maulid hanya berupa pengajian sederhana di surau desa. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan ini berkembang menjadi acara besar yang melibatkan seluruh warga, baik tua maupun muda. Perayaan Maulid kemudian menjadi warisan budaya desa yang wajib dilestarikan.
Pada tahun 2025, tradisi ini kembali digelar dengan meriah pada 14 September 2025, dengan melibatkan masyarakat desa, tokoh agama, pemerintah desa, hingga tamu dari luar daerah.
Prosesi dan Rangkaian Acara Maulid Nabi di Desa Pangkal Niur
Perayaan Maulid di Desa Pangkal Niur memiliki rangkaian acara yang panjang dan sarat makna. Berikut tahapan prosesi yang biasa dilakukan:
1. Persiapan Acara
Persiapan dimulai beberapa minggu sebelum hari-H. Warga desa secara gotong royong membersihkan masjid, mendirikan tenda, serta mempersiapkan segala kebutuhan acara. Para ibu-ibu biasanya menyiapkan makanan khas desa yang akan disajikan dalam jamuan Maulid.
2. Arak-Arakan dan Pembacaan Sholawat
Pada pagi hari, biasanya dilakukan arak-arakan anak-anak dan remaja yang membawa bendera, rebana, serta hiasan khas Maulid. Sepanjang jalan mereka melantunkan sholawat, menciptakan suasana penuh berkah.
3. Pembacaan Maulid dan Barzanji
Acara utama dimulai dengan pembacaan Maulid Al-Barzanji atau Simthud Durar yang dilakukan oleh para ustaz dan qori’ setempat. Lantunan ini mengisahkan sejarah kelahiran Rasulullah, perjuangan, serta akhlak mulia beliau.
4. Tausiyah Agama
Setelah pembacaan Maulid, dilanjutkan tausiyah atau ceramah agama oleh ustaz undangan. Materi yang dibawakan biasanya seputar keteladanan Nabi Muhammad SAW, pentingnya meneladani akhlak beliau, serta penguatan iman umat.
5. Doa Bersama dan Santunan Anak Yatim
Tradisi penting dalam Maulid di Desa Pangkal Niur adalah pemberian santunan kepada anak yatim dan dhuafa. Hal ini mencerminkan ajaran Islam tentang kepedulian sosial.
6. Makan Bersama (Kenduri)
Acara ditutup dengan kenduri besar. Setiap keluarga biasanya membawa makanan khas seperti nasi kuning, gulai, ayam kampung, serta kue tradisional. Semua makanan dikumpulkan, kemudian disantap bersama-sama sebagai simbol kebersamaan dan persaudaraan.
Makna dan Filosofi Adat Maulid di Desa Pangkal Niur
- Religiusitas
Perayaan ini menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah dan mengingatkan umat akan ajaran Islam. - Kebersamaan
Gotong royong dalam persiapan hingga kenduri mencerminkan persatuan warga. - Pelestarian Budaya
Tradisi ini menggabungkan nilai agama dan budaya lokal sehingga menjadi identitas desa. - Kepedulian Sosial
Santunan anak yatim menunjukkan nilai kemanusiaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Makanan Khas dalam Perayaan Maulid Desa Pangkal Niur

Tidak lengkap membicarakan Maulid tanpa membahas makanan khas yang selalu hadir. Beberapa hidangan favorit antara lain:
- Nasi Tumpeng Kuning – simbol rasa syukur.
- Gulai Kambing – disajikan dalam porsi besar untuk jamuan.
- Ayam Bumbu Desa – makanan khas yang diolah dengan rempah tradisional.
- Kue Tradisional – seperti wajik, apem, dan lemang.
Makanan ini tidak hanya disantap, tetapi juga memiliki makna simbolis sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah SWT.
Perayaan Maulid 14 September 2025: Lebih Meriah dan Modern
Perayaan tahun 2025 di Desa Pangkal Niur terasa berbeda karena dipadukan dengan teknologi dan media sosial. Banyak anak muda yang mendokumentasikan acara melalui TikTok, Instagram, dan YouTube, sehingga tradisi ini semakin dikenal luas.
Pemerintah desa juga berperan aktif dalam mendukung kegiatan, bahkan menghadirkan hiburan islami seperti hadrah, rebana, dan lomba sholawat antar-remaja masjid.
Dengan konsep ini, tradisi tetap terjaga namun mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Perayaan Maulid
- Ekonomi Desa Menggeliat – banyak pedagang makanan, pakaian, dan perlengkapan Maulid meraih keuntungan.
- Promosi Pariwisata Budaya – acara ini menarik perhatian wisatawan lokal maupun luar daerah.
- Penguatan Identitas Desa – Pangkal Niur semakin dikenal sebagai desa religius yang menjunjung tradisi.
Pelajaran dari Tradisi Maulid Pangkal Niur
Dari perayaan ini, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil:
- Meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjaga kebersamaan dan gotong royong.
- Menghargai tradisi dan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa.
Penutup
Adat istiadat Maulid Nabi di Desa Pangkal Niur yang digelar pada 14 September 2025 bukan sekadar acara seremonial, melainkan warisan budaya dan keagamaan yang sarat makna. Perayaan ini mengajarkan cinta Rasulullah, kepedulian sosial, serta mempererat persaudaraan antarwarga.
Di tengah arus modernisasi, Desa Pangkal Niur berhasil menjaga tradisi ini tetap hidup, bahkan mampu memadukannya dengan teknologi digital untuk memperluas syiar Islam.
Dengan demikian, peringatan Maulid Nabi di desa ini layak menjadi contoh bagaimana agama, budaya, dan kebersamaan bisa menyatu dalam harmoni.